Pages

Labels

Jumat, 08 Oktober 2010

Belajar Kecerdasan Spiritual dari Orang Kecil(2)

Belajar Kecerdasan Spiritual dari Orang Kecil(2)

By M. Suyanto

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai atau kecerdasan untuk menempatkan perilaku hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

Cinta sejati telah ditunjukkan oleh seorang Bapak kepada istrinya yang telah lumpuh tersebut merupakan kecerdasan spiritual yang tinggi. Cinta sejati tersebut tidak hanya dijalani setahun atau dua tahun, tetapi telah dijalin lebih dari 25 tahun. Perjalan waktu yang panjang. Ia merawat isterinya sambil membesarkan keempat buah hati mereka. Kini anak-anak mereka sudah dewasa dan si bungsu sudah kuliah. Sementara di antara kita, telah mempunyai istri yang cantik dan anak yang manis-manis, sehat jasmani dan rohani, dari mulutnya keluar kalimat yang indah dan merdu, orang pertama yang paling kita cintai di dunia ini dan tidak ada duanya dan telah mempertaruhkan nyawanya untuk anak kita, tetapi kadangkala kita masih mencoba untuk mencari istri yang lain. Meninggalkan istri dan anak-anak yang manis-manis. Pengalaman istri saya mendapingi ibu-ibu yang ditinggal suaminya menikah lagi mengatakan ”Datangnya cinta suami saya kepada wanita lain itu tiba-tiba saja. Seperti badai, dan kemudian rumah tangga itu berantakan”. Sedangkan para suami yang meninggalkan istrinya tersebut mengatakan ”Sudahlah cobaan ini cukup saya saja”. Memang kita harus banyak belajar kecerdasan spiritual kepada Bapak tersebut, sambil berdoa kepada Tuhan agar kita tidak tertarik dengan wanita lain dan mencotoh cinta sejati Bapak kepada istrinya yang lumpuh tersebut..

Pak Gondo melanjutkan ceritanya ”Suatu hari ketika mereka berkumpul, anak sulungnya bertanya :”Pak, sejak kecil kami melihat Bapak merawat Ibu dengan tulus, kami tidak pernah mendengar sedikitpun keluhan yang keluar dari bibir Bapak, ketika kami sudah dewasapun Bapak tidak mengijinkan kami untuk merawat Ibu seperti yang Bapak lakukan” “Mengapa Bapak tidak menikah lagi supaya ada yang mengurus Bapak dan kami yang mengurus Ibu ?” Jawab Bapak tersebut : “Anak-anakku, jika perkawinan dan hidup ini hanya sekedar untuk memenuhi hawa nafsu belaka, Bapak pasti sudah menikah lagi. Tapi satu hal yang perlu kalian ketahui, dengan adanya Ibu disamping Bapak, itu sudah cukup”. Ibu telah melahirkan kalian, anak-anak yang selalu rindukan dan memberi kebahagian buat Bapak. Bapak sangat menghargai Ibu kalian, karena ia sudah mengambil resiko menjadi pendamping Bapak, terutama saat kalian hadir didunia ini. Coba tanya Ibu kalian, apakah dia mengingnkan keadaanyya seperti yang sekarang ini ? Bapak bahagia karena kalian memikirkan kebahagiaan Bapak, tetapi apakah batin Bapak bisa bahagia meninggalkan Ibu kalian dalam keadaan seperti ini ?”.Anak-anaknya terdiam, mereka tak dapat menahan air mata haru mereka. Hari itu mereka menyelami kesejatian cinta Pria yang sudah menikahi Ibu mereka, yang sekaligus telah membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang.” Hawa nafsu merupakan musuh kita tanpa akhir, yang membuat kita buta dan tuli, yang menjadikan kita cinta dunia dan yang menghalangi kita mengabdi pada Tuhan. Pendidikan cinta sejati dalam keluarga yang mampu mengalahkan hawa nafsu perlu kita tiru. ”Pendidikan yang terbaik justru terjadi ditengah keluarga, yang memberikan teladan yang baik, yang memberikan pengaruh yang positip. Jikalau sebagian dari para pemuda-pemudi, para pemimpin bangsa ini juga para publik figur memiliki mental, moral, integritas dan cinta kasih seperti Bapak tersebut, pastilah bangsa ini akan menjadi bangsa besar yang bisa menjadi teladan untuk mewarnai dunia ini.” kata Pak Gondo mengakhiri tulisannya.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas pendapat anda..