Pages

Labels

Jumat, 08 Oktober 2010

Belajar Kecerdasan Spiritual dari Orang Kecil (4)

Belajar Kecerdasan Spiritual dari Orang Kecil (4)

Belajar Kecerdasan Spiritual dari Orang Kecil (4)

By M. Suyanto
Istri saya melanjutkan tulisannya ”Seperti yang kita ketahui angka perceraian setiap tahun terus meningkat, sebagian besar kasus perceraian saat ini adalah karena gugatan cerai dari pihak istri. Meningkatnya jumlah kasus perceraian khususnya cerai karena gugatan yang diajukan istri disebabkan oleh beberapa faktor antara lain oleh karena semakin banyak wanita yang telah mandiri secara finansial. Kemandirian istri secara finansial pada awalnya mempunyai tujuan yang mulia, disamping emansipasi wanita juga dengan bekerjanya istri sangat membantu keuangan keluarga. Tetapi dampak dari bekerjanya istri juga tidak kalah rumitnya. Pada perkawinan model baru, pria dan wanita ingin memiliki kedudukan yang setara,mereka membagi tugas rumah tangga dengan adil dan memutuskan bersama masalah masalah besar. Keduanya boleh bekerja di luar rumah. Ketika kelahiran anak anak, mereka berbagi tugas sama rata. Di atas kertas, semua terasa bagus, dan merupakan perbaikan dari perkawinan yang tidak sederajat di masa lalu. Pada kenyataanya, perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru penuh rintangan dan hambatan. Adalah suatu kebohongan jika masyarakat menyatakan perkawinan sederajat (modern) lebih mudah daripada perkawinan tradisional. Yang benar menurutnya perkawinan sederajat mengizinkan kita menegosiasikan perbedaan dengan lebih adil tapi sering dengan kesulitan besar. Selain kebohongan tersebut diatas masih ada 6 enam lagi kebohongan perkawinan yang lainya, diantara yang cukup menarik adalah suatu kebohongan jika anak anak memperkuat perkawinan justru sebaliknya bahwa kehadiran anak bisa menjadi ancaman serius bagi perkawinan. Untuk mempertahankan perkawinan ternyata tak cukup hanya dengan cinta. Lepas dari setuju ataupun tidak dengan pendapatnya, buku ini tetap menarik untuk dibaca, ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dicerna, dilengkapi dengan contoh kasus kasus nyata yang dialami oleh pasienya. Mungkin saja terasa menyakitkan jika dibaca oleh pembaca yang sedang atau sudah pernah mengalaminya. Akan tetapi tetap terasa manfaatnya bagi kita semua yang mempunyai komitmen untuk mempertahankan perkawinan sampai ajal menjemput.”

Bapak empat putra tersebut telah mengajarkan kepada kita, bahwa istrinya telah mengambil resiko besar dan sebenarnya juga tidak mau kakinya lumpuh. Istrinya telah berkorban banyak. Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam surat An.Nisa 20 : ”Mereka (kaum istri) itu telah mengambil suatu perjanjian yang berat dari padamu sekalian”. Oleh karena itu kita memang harus berusaha untuk mempergauli istri kita dengan baik, berkomunikasi dnegan baik sebagai tanda kasih sayang. Tuhan juga menganjurkan kepada kita untuk mempergauli istri kita dengan baik. Kita juga perlu untuk berusaha tidak menyakiti hatinya, berusaha untuk mengajak bersendau-gurau dan memujinya untuk menyenangkan hatinya. Bahkan Rasulullah s.a.w. pernah bersabda kepada Jabir r.a. : ”Alangkah baiknya kalau istrimu itu seorang gadis yang engkau dapat bermain-main dengannya dan ia dapat bermain-main denganmu” (Bukhari dan muslim).

Bapak yang sederhana tersebut mampu mengalahkan salah satu musuh yang kita bertempur sepanjang hidup kita, yang merupakan penyakit hati yang besar dan tidak semua orang mampu mengalahkannya. Ia tetap mempergaulinya dengan baik, menyenangkan hatinya, melayaninya dengan luar biasa. Perang yang lebih besar dari Perang Badar adalah adalah perang mengalahkan hawa nafsu.

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas pendapat anda..